Kota Surakarta
Kota
Surakarta (Hanacaraka:
ꦑꦸꦛꦯꦸꦫꦏꦂꦠ[4]),
juga disebut Solo atau Sala (ꦱꦭ), adalah kota yang terletak di
provinsi Jawa
Tengah, Indonesia
yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010)[1]
dan kepadatan penduduk 13.636/km2. Kota dengan luas 44 km2
ini berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali di sebelah utara, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah timur dan barat,
dan Kabupaten Sukoharjo di sebelah selatan.[5].
Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Bersama dengan Yogyakarta, Solo
merupakan pewaris Kerajaan Mataram yang dipecah pada tahun 1755.
Suku
Mayoritas
penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah dikenal sebagai pusat budaya
Jawa, di mana di kota Surakarta dan Yogyakarta
terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga kini.
Suku
minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa,
terutama di kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada
umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas Tionghoa
sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka yang menggunakan
Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya. Pengaruh kental bisa kita rasakan
saat berada di kota Semarang serta kota Lasem yang berada di
ujung timur laut Jawa Tengah, bahkan Lasem dijuluki Le
Petit Chinois atau Kota Tiongkok Kecil.
Selain
itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula komunitas Arab-Indonesia.
Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka biasanya bergerak di bidang perdagangan
dan jasa.
Di
daerah perbatasan dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda
yang sarat akan budaya Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan
Banyumas. Di pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi Jawa Timur)
terdapat komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama dengan
orang
Kanekes di Banten.
Pernikahan adat
Pernikahan adat Jawa - Surakarta
memiliki tata cara yang khas. Dalam keluarga tradisional, upacara pernikahan dilakukan menurut tradisi
turun-temurun yang terdiri dari banyak sub-upacara.
Lamaran
Keluarga calon mempelai pria mendatangi (atau
mengirim utusan ke) keluarga calon mempelai perempuan untuk melamar putri
keluarga tersebut menjadi istri putra mereka. Pada acara ini, kedua keluarga
jika belum saling mengenal dapat lebih jauh mengenal satu sama lain, dan
berbincang-bincang mengenai hal-hal yang ringan. Biasanya keluarga dari calon
mempelai perempuan yang mempunyai hak menentukan lebih banyak, karena merekalah
yang biasanya menentukan jenis pernikahannya:
- Paes Agung yaitu pernikahan agung
- Paes Kesatriyan yaitu pernikahan jenis ksatria yang lebih sederhana
Jika lamaran diterima, maka kedua belah pihak akan
mulai mengurus segala persiapan pernikahan.
Persiapan
Pernikahan
Setelah lamaran diterima, maka hal selanjutnya yang
dilakukan adalah mempersiapkan pesta pernikahan. Pesta pernikahan Jawa adat
Surakarta yang lengkap memerlukan banyak hal, dan pesta tersebut tidak dapat
terlaksana tanpa bantuan seorang profesional. Orang yang bertanggung jawab
mengatur segala persiapan pernikahan adat Jawa tersebut disebut Pemaes
yang mewakili mempelai perempuan. Pemaes atau juru rias ini antara lain
bertanggung jawab mengatur pakaian dan rias muka yang akan dikenakan oleh kedua
pengantin. Selain itu panitia yang terdiri dari sang Pemaes dan
kerabat-kerabat dekat pengantin juga mengatur berbagai hal seputar pesta yang
akan dilangsungkan:
- makanan dan minuman yang akan disajikan
- tari-tarian dan musik (biasanya musik gamelan)yang akan mengiringi pesta
- pembawa acara (emcee) yang akan diundang
- acara Siraman
- acara Ijab dan saksi-saksinya
- kata sambutan
- keamanan, transportasi, komunikasi, dokumentasi
- sewa gedung (akomodasi), perlengkapan pesta, dan lain sebagainya
- dekorasi tempat pernikahan
Hal terpenting yang harus mereka persiapkan adalah
acara Ijab (upacara pernikahan sipil), yang melegitimasi kedua pasangan
sebagai suami dan istri yang sah.
Hiasan
Pernikahan
Sehari sebelum pernikahan, biasanya gerbang rumah
pengantin perempuan akan dihiasi janur kuning yang terdiri dari berbagai macam
tumbuhan dan daun-daunan:
- 2 pohon pisang dengan setandan pisang masak pada masing-masing pohon, melambangkan suami yang akan menjadi kepala rumah tangga yang baik dan pasangan yang akan hidup baik dan bahagia dimanapun mereka berada (seperti pohon pisang yang mudah tumbuh dimanapun).
- Tebu Wulung atau tebu merah, yang berarti keluarga yang mengutamakan pikiran sehat.
- Cengkir Gading atau buah kelapa muda, yang berarti pasangan suami istri akan saling mencintai dan saling menjagai dan merawat satu sama lain.
- Berbagai macam daun seperti daun beringin, daun mojo-koro, daun alang-alang, dadap serep, sebagai simbol kedua pengantin akan hidup aman dan keluarga mereka terlindung dari mara bahaya.
Selain itu di atas gerbang rumah juga dipasang bekletepe
yaitu hiasan dari daun kelapa untuk mengusir roh-roh jahat dan sebagai tanda
bahwa ada acara pernikahan sedang berlangsung di tempat tersebut.
Sebelum Tarub dan janur kuning tersebut
dipasang, sesajen atau persembahan sesajian biasanya dipersiapkan
terlebih dahulu. Sesajian tersebut antara lain terdiri dari: pisang, kelapa, beras, daging sapi,
tempe, buah-buahan, roti, bunga, bermacam-macam
minuman termasuk jamu,
lampu, dan lainnya.
Arti simbolis dari sesajian ini adalah agar
diberkati leluhur dan dilindungi dari roh-roh jahat. Sesajian ini diletakkan di
tempat-tempat dimana upacara pernikahan akan dilangsungkan, seperti kamar mandi,
dapur, pintu
gerbang, di bawah Tarub, di jalanan di dekat rumah, dan sebagainya.
Dekorasi lain yang dipersiapkan adalah Kembar
Mayang yang akan digunakan dalam upacara panggih
Upacara
Siraman
Acara yang dilakukan pada siang hari sebelum Ijab
atau upacara pernikahan ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga. Siraman
biasanya dilakukan di kamar mandi atau taman keluarga masing-masing dan
dilakukan oleh orang tua atau wakil mereka.
Ada tujuh Pitulungan atau penolong (Pitu
artinya tujuh)- biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting - yang
membantu acara ini. Airnya merupakan campuran dari kembang setaman yang
disebut Banyu Perwitosari yang jika memungkinkan diambil dari tujuh mata
air dan melambangkan kehidupan. Keluarga pengantin perempuan akan mengirim
utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin
pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria. Acara siraman diawali oleh orang tua dan ditutup
oleh Pemaes yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi.
Banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum acara
dimulai:
- Tempat air dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata air.
- Kembang setaman yaitu bunga-bunga seperti mawar, melati, cempaka, kenanga, yang ditaruh di air.
- Aroma lima warna yang digunakan sebagai sabun.
- Sabun cuci rambut tradisional dari abu dari merang, santan, dan air asam Jawa.
- Gayung yang berasal dari kulit kelapa sebagai ciduk air.
- Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik untuk tempat duduk pengantin selama prosesi berlangsung.
- Kain putih untuk dipakai selama upacara siraman.
- Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.
- Kendi.
- Sesajian
Sesajian merupakan hal yang dianggap penting dalam
upacara Jawa. Sesajian untuk siraman terdiri dari berbagai macam sajian:
- Tumpeng Robyong, nasi kuning dengan hiasan-hiasan.
- Tumpeng Gundhul, nasi kuning tanpa hiasan.
- Makanan seperti ayam, tahu, telur.
- Buah-buahan seperti pisang dan lain-lain.
- Kelapan muda.
- Tujuh macam bubur.
- Jajanan seperti kue manis, lemper, cendol.
- Seekor ayam jago
- Lampu lentera
- Kembang Telon - tiga macam bunga (kenanga, melati, cempaka).
Urut-urutan acara siraman adalah sebagai
berikut:
- Pengantin pria / perempuan dengan rambut terurai keluar dari kamarnya diiringi oleh orang tuanya masing-masing.
- Pengantin tersebut berjalan menuju tempat siraman.
- Beberapa orang berjalan di belakang mereka membawa baju batik, handuk, dan sebagainya.
- Pengantin tersebut duduk di kursi dan memanjatkan doa.
- Sang ayah memandikan sang pengantin, disusul oleh sang ibu.
- Sang pengantin duduk dengan kedua tangan diletakkan di depan dalam posisi berdoa.
- Mereka menuangkan air ke atas tangannya dan sang pengantin berkumur tiga kali.
- Lalu mereka menuangkan air ke atas kepalanya, muka, telinga, leher, tangan dan kaki masing masing tiga kali.
- Setelah orang tua menyelesaikan prosesi siraman disusul oleh empat orang lain yang dianggap penting.
- Orang terakhir yang memandikan sang pengantin adalah Pemaes atau orang lain yang dianggap spesial. Sang pengantin dimandikan dengan sabun dan shampo (secara simbolik).
- Setelah itu acara pecah kendi yang dilakukan oleh ibu pengantin perempuan.
Pecah
Kendi
Kendi yang digunakan untuk siraman diambil.
Ibu pengantin perempuan atau Pameas(untuk siraman pengantin pria) atau
orang yang terakhir akan memecahkan kendi dan mengatakan: "Wis Pecah
Pamore" - artinya sekarang sang pengantin siap untuk menikah.
Pangkas
Rikma lan Tanam Rikma
Acara
memotong sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut
ditanam di rumah belakang.
Ngerik
Setelah
acara Siraman, pengantin perempuan duduk di dalam kamarnya. Pemaes lalu
mengeringkan rambutnya dan memberi pewangi di rambutnya. Rambutnya lalu disisir
dan digelung atau dibentuk konde. Setelah Pameas mengeringkan
wajah dan leher sang pengantin, lalu ia mulai mendandani wajah sang pengantin.
Lalu sang pengantin akan dipakaikan baju kebaya dan kain
batik. Sesajian untuk upacara Ngerik pada dasarnya sama untuk acara siraman.
Biasanya supaya lebih mudah sesajian untuk siraman digunakan /
dimasukkan ke kamar pengantin dan dipakai untuk sesajian upacara Ngerik.
Gendhongan
Kedua
orang tua pengantin perempuan menggendong anak mereka yang melambangkan ngentaske
artinya mengentaskan seorang anak
Dodol
Dhawet
Kedua
orang tua pengantin wanita berjualan minuman dawet yaitu minuman manis
khas Solo, tujuannya agar banyak tamu yang datang.
Temu
Panggih
Penyerahan
pisang sanggan berupa gedung ayu suruh ayu sebagai tebusan atau syarat
untuk pengantin perempuan.
Penyerahan
Cikal
Sebagai
tanda agar kehidupan mendatang menjadi orang berguna dan tak kurang suatu
apapun.
Penyerahan
Jago Kisoh
Sebagai
tanda melepaskan anak dengan penuh ikhlas.
Tukar
Manuk Cengkir Gading
Acara
tukar menukar kembang mayang diawali tukar menukar manuk cengkir
gading, sebagai simbol agar kedua pengantin menjadi pasangan yang berguna
bagi keluarga dan masyarakat
Upacara
Midodaren
Acara
ini dilakukan pada malam hari sesudah siraman. Midodaren berarti
menjadikan sang pengantin perempuan secantik dewi Widodari. Pengantin perempuan
akan tinggal di kamarnya mulai dari jam enam sore sampai tengah malam dan
ditemani oleh kerabat-kerabatnya yang perempuan. Mereka akan bercakap-cakap dan
memberikan nasihat kepada pengantin perempuan.
Orang
tua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena
mulai besok ia akan menjadi tanggung jawab suaminya.
Peningsetan
Peningsetan
yang berasal dari kata 'singset' atau langsing, memiliki arti untuk
mempersatukan; Kedua keluarga mempelai setuju untuk kedua anak mereka disatukan
dalam tali pernikahan. Keluarga pengantin pria datang berkunjung ke kediaman
keluarga pengantin perempuan membawa berbagai macam hadiah:
- Satu set Suruh Ayu (semacam daun yang wangi), mendoakan keselamatan.
- Pakaian batik dengan motif yang berbeda-beda, mendoakan kebahagiaan.
- Kain kebaya, mendoakan kebahagiaan.
- Ikat pinggang kain (setagen) bewarna putih, melambangkan kemauan yang kuat dari mempelai perempuan
- Buah-buahan, mendoakan kesehatan.
- Beras, gula, garam, minyak, dll, melambangkan kebutuhan hidup sehari-hari.
- Sepasang cincin untuk kedua mempelai.
- Sejumlah uang untuk digunakan di acara pernikahan.
Acara
ini disebut juga acara serah-serahan - bisa diartikan sang calon
mempelai perempuan 'diserahkan' kepada keluarga calon mempelai pria sebagai
menantu mereka atau calon mempelai pria nyantri di kediaman keluarga
calon mempelai perempuan.
Pada
masa kini, demi alasan kepraktisan, kedua belah pihak kadang-kadang dapat
berbicara langsung tanpa upacara apapun. Selain menghemat waktu dan uang, juga
langsung pada pokok persoalan.
Sesajian
untuk upacara midodaren:
- Nasi dimasak dengan santan.
- Ayam inkung yang telah dimasak
- Bumbu sayuran
- Kembang telon
- Teh dan kopi pahit
- Minuman kelapa muda dengan gula kelapa
- Lampu lentera yang dinyalakan
- Pisang Raja
- Kembang setaman
- Lemper, kue
- Rokok dan kretek
Barang-barang
yang ditaruh di kamar pengantin:
- Satu set Kembar Mayang.
- Dua kendi yang diisi bumbu, jamu, beras, kacang, dll, dan ditutupi kain batik.
- Dua kendi yang berisi air kembang setaman ditutupi daun dadap serep.
- Ukub yaitu sebuah nampan berisi wangi-wangian daun dan bunga yang diletakkan di bawah tempat tidur.
- Suruh Ayu
- Kacang
- Tujuh macam kain tradisional.
Makanan
sesajian dapat dikeluarkan dari kamar setelah tengah malam. Sanak keluarga dan
para tamu dapat memakannya. Pada zaman dahulu, acara temu keluarga antara kedua
keluarga pengantin dilakukan setelah tengah malam, namun sekarang ini, dengan alasan
kepraktisan, kedua keluarga dapat bertemu seperti yang disebutkan di atas.
Nyantri
Selama
acara midodaren berlangsung, calon mempelai pria tidak boleh masuk
menemui keluarga calon mempelai perempuan. Selama keluarganya berada di dalam
rumah, ia hanya boleh duduk di depan rumah ditemani oleh beberapa teman atau
anggota keluarga. Dalam kurun waktu itu, ia hanya boleh diberi segelas air, dan
tidak diperbolehkan merokok. Sang calon mempelai pria baru boleh makan setelah
tengah malam. Hal itu merupakan pelajaran bahwa ia harus dapat menahan lapar
dan godaan. Sebelum keluarganya meninggalkan rumah tersebut, kedua orang tuanya
akan menitipkan anak mereka kepada keluarga calon mempelai perempuan, dan malam
itu sang calon mempelai pria tidak akan pulang ke rumah. Setelah mereka keluar
dari rumah dan pulan, calon mempelai pria diijinkan masuk ke rumah namun tidak
diijinkan masuk ke kamar pengantin. Calon mertuanya akan mengatur tempat
tinggalnya malam itu. Ini disebut dengan Nyantri. Nyantri
dilakukan untuk alasan keamanan dan praktis, mengingat bahwa besok paginya
calon pengantin akan didandani dan dipersiapkan untuk acara Ijab dan
acara-acara lainnya.
Upacara
Ijab
Ijab
atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan
pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan
menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin
pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi
pengantin perempuan. Upacara ini disaksikan oleh pejabat pemerintah atau
petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan
pemerintah.
Busana
Pengantin dalam Upacara Pernikahan adat Surakarta terbagi menjadi beberapa
jenis, yaitu Basahan, Solo Putri, dan Solo Muslim. Busana Basahan awalnya mirip
busana Tari Budhaya Ketawang di keraton. Namun, akhirnya meskipun tarian
tersebut sangat sakral, tetapi sudah diijinkan untuk dikenakan oleh pengantin
sekarang. Sedangkan untuk Solo Putri, untuk rias wajah mirip Busana Basahan,
hanya busana yang dikenakan sangatlah berbeda. Solo Muslim ialah kreasi
variatif dari Solo Putri yang dipadukan dengan jilbab zaman sekarang.
Pawai
(untuk anggota kerajaan)
Untuk
pernikahan anggota kerajaan Surakarta, setelah upacara panggih diakhiri dengan
pawai yang meriah agar seluruh warga kota Solo dapat melihat anggota kerajaan
yang baru menikah. Pada acara ini seluruh anggota keraton termasuk tentara
keraton berpakaian serba tradisional.
Jika
yang menikah adalah seorang pangeran, maka sang pangeran mengendarai kuda di
bagian paling belakang pawai, di belakang kereta kerajaan yang berisi sang
istri pangeran.
Prosesi
pawai mengelilingi halaman keraton selama satu kali kemudian iring-iringan akan memasuki
halaman keraton.
Upacara
panggih/temu (mengawali acara resepsi) Pada upacara
ini kembar mayang akan dibawa keluar rumah dan diletakan di persimpangan
dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat. Kembar
mayang adalah karangan bunga yang terdiri dari daun-daun pohon
kelapa yang ditancapkan ke sebatang tanggul kelapa. Dekorasi ini memiliki
makna yang luas:
- Berbentuk seperti gunung, tinggi dan luas, melambangkan seorang laki-laki harus berpengetahuan luas, berpengalaman, dan sabar.
- Hiasan menyerupai keris, pasangan harus berhati-hati di dalam hidup mereka.
- Hiasan menyerupai cemeti, pasangan harus selalu berpikir positif dengan harapan untuk hidup bahagia.
- Hiasan menyerupai payung, pasangan harus melindungi keluarga mereka.
- Hiasan menyerupai belalang, pasangan harus tangkas, berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk keselamatan keluarga mereka.
- Hiasan menyerupai burung, pasangan harus memiliki tujuan hidup yang tinggi.
- Daun beringin, pasangan harus selalu melindungi keluarga mereka dan orang lain.
- Daun kruton, melindungi pasangan pengantin dari roh-roh jahat.
- Daun dadap serep, daun ini dapat menjadi obat turun panas, menandakan pasangan harus selalu berpikiran jernih dan tenang dalam menghadapi segala permasalahan (menenangkan perasaan dan mendinginkan kepala).
- Bunga Patra Manggala, digunakan untuk mempercantik hiasan kembar mayang.
Sebagai
hiasan, sepasang kembar mayang diletakkan di samping kanan dan kiri
tempat duduk pengantin selama resepsi pernikahan. Kembar mayang hanya
digunakan jika pasangan pengantin belum pernah menikah sebelumnya.
Setelah
itu pengantin laki-laki (dengan ditemani kerabat dekatnya (orang tuanya tidak
boleh menemaninya dalam acara ini) tiba di depan gerbang rumah pengantin
perempuan dan pengantin perempuan keluar dari kamar pengantin dengan diapit
oleh dua orang tetua perempuan dan diikuti dengan orang tua dan keluarganya. Di
depannya dua anak perempuan (yang disebut Patah) berjalan dan dua remaja
laki-laki berjalan membawa kembar mayang dan kemudian melanjutkan upacara
dengan melakukan beberapa ritual:
Balangan
Suruh Pada saat jarak mereka sekitar tiga
meter, mereka saling melempar tujuh bungusan yang berisi daun sirih, jeruk, yang ditali
dengan benang putih. Mereka melempar dengan penuh semangat dan tertawa. Dengan
melempar daun sirih satu sama lain, menandakan bahwa mereka adalah manusia,
bukan makhluk jadi-jadian yang menyamar jadi pengantin. Selain itu ritual ini
juga melambangkan cinta kasih dan kesetiaan.
Wiji
Dadi Mempelai laki-laki menginjak telur ayam
hingga pecah dengan kaki kanan, kemudian pengantin perempuan akan membasuh kaki
sang suami dengan air bunga. Proses ini melambangkan seorang suami dan ayah
yang bertanggung jawab terhadap keluarganya dan istri yang taat melayani
suaminya
Pupuk
Ibu pengantin perempuan yang mengusap pengantin laki-laki sebagai tanda ikhlas
menerimanya sebagai bagian dari keluarga.
Sindur
Binayang Di dalam ritual ini ayah pengantin
perempuan menuntun pasangan pengantin ke kursi pelaminan, ibu pengantin
perempuan menyampirkan kain sindur sebagai tanda
bahwa sang ayah menunjukkan jalan menuju kebahagiaan dan sang ibu memberikan
dukungan moral.
Timbang
/ Pangkon Di dalam ritual ini pasangan pengantin
duduk di pangkuan ayah pengantin perempuan, dan sang ayah akan berkata bahwa
berat mereka sama, berarti bahwa cinta mereka sama-sama kuat dan juga sebagai
tanda kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantu sama besarnya.
Tanem
Di dalam ritual ini ayah pengantin perempuan mendudukkan pasangan pengantin di
kursi pengantin sebagai tanda merestui pernikahan mereka dan memberikan berkat.
Tukar
Kalpika Mula-mula, pengantin pria meninggalkan
kamarnya dengan diapit oleh anggota laki-laki keluarga (saudara laki-laki dan
paman-paman). Seorang anggota keluarga yang dihormati terpilih untuk berperan
sebagai kepala rombongan. Pada
waktu yang sama, pengantin perempuan juga meninggalkan kamar sambil diapit oleh
bibi-bibinya untuk menemui pengantin pria. Sekarang kedua pengantin duduk di
meja dengan wakil-wakil dari masing-masing keluarga, dan kemudian saling
menukarkan cincin sebagai tanda cinta.
Kacar-kucur
/ Tampa Kaya / Tandur Dengan bantuan Pemaes,
pasangan pengantin berjalan dengan memegang jari kelingking pasangannya, ke tempat
ritual kacar-kucur atau tampa kaya. Pengantin pria akan
menuangkan kacang kedelai, kacang tanah, beras, jagung, beras ketan, bunga dan
uang logam (jumlahnya harus genap) ke pangkuan perempuan sebagai simbol
pemberian nafkah. Pengantin perempuan menerima hadiah ini dengan dibungkus kain
putih yang ada di pangkuannya sebagai simbol istri yang baik dan peduli.
Dahar
Kembul / Dahar Walimah Kedua pengantin saling menyuapi
nasi satu sama lain yang melambangkan kedua mempelai akan hidup bersama dalam
susah dan senang dan saling menikmati milik mereka bersama. Pemaes akan
memberikan sebuah piring kepada pengantin perempuan (berisi nasi kuning, telur
goreng, kedelai, tempe, abon, dan hati ayam). Pertama-tama, pengantin pria
membuat tiga bulatan nasi dengan tangan kanannya dan menyuapkannya ke mulut
pengantin perempuan. Setelah itu ganti pengantin perempuan yang menyuapi
pengantin pria. Setelah makan, mereka lalu minum teh manis.
Rujak
Degan Acara pembuka untuk anak pertama,
memohon supaya segera memiliki anak. Rujak degan artinya agar dalam
pernikahan selalu sehat sejahtera.
Bubak
Kawah Acara perebutan alat-alat dapur untuk
anak pertama. Artinya agar pernikahan keduanya sehat dan sejahtera.
Tumplak
Punjen Acara awal untuk anak bungsu. Artinya
segala kekayaan ditumpahkan karena menantu yang terakhir.
Mertui
Orang tua pengantin perempuan menjemput orang tua pengantin laki-laki di depan
rumah untuk berjalan bersama menuju tempat upacara. Kedua ibu berjalan di muka,
kedua ayah di belakang. Orang tua pengantin pria duduk di sebelah kiri pasangan
pengantin, dan sebaliknya.
Sungkeman
Kedua pengantin bersujud memohon restu dari masing-masing orang tua.
Pertama-tama ayah dan ibu pengantin perempuan, kemudian baru ayah dan ibu
pengantin pria. Selama sungkeman, Pemaes mengambil keris dari
pengantin pria, dan setelah sungkeman baru dikembalikan lagi.
Resepsi
Setelah semua upacara selesai dilakukan, saatnya untuk resepsi pernikahan dan
para tamu mulai makan dan minum makanan tradisional Solo dengan disertai tari
tradisional Jawa dan musik gamelan. Acara foto-foto dan salam-salaman dengan
kedua pengantin juga dilangsungkan.
Rumah Adat Surakarta
Sejak abad ke 7, banyak
terdapat pemerintahan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah, yaitu: Kerajaan
Budha Kalingga, Jepara yang diperintah oleh Ratu Sima pada tahun 674. Menurut
prasasti Canggah tahun 732, kerajaan Hindu lahir di Medang, Jawa Tengah dengan
nama Raja Sanjaya atau Rakai Mataram. Dibawah pemerintahan Rakai Pikatan dari
Dinasti Sanjaya, ia membangun Candi Rorojonggrang atau Candi Prambanan.
Kerajaan Mataram Budha yang juga lahir di Jawa Tengah selama era pemerintahan
Dinasti Syailendra, mereka membangun candi-candi seperi Candi Borobudur, Candi
Sewu, Candi Kalasan dll.
Pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh, joko Tingkir anak menantu Raja Demak memindahkan kerajaan Demak ke Pajang. Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya. Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar Panembahan Senopati.
Pada abad 16 setelah runtuhnya kerajaan Majapahit Hindu, kerajaan Islam muncul di Demak, sejak itulah Agama Islam disebarkan di Jawa Tengah. Setelah kerajaan Demak runtuh, joko Tingkir anak menantu Raja Demak memindahkan kerajaan Demak ke Pajang. Dan menyatakan diri sebagai Raja Kerajaan Pajang dan bergelar Sultan Adiwijaya. Selama pemerintahannya terjadi kerusuhan dan pemberontakan. Perang yang paling besar adalah antara Sultan Adiwijaya melawan Aryo Penangsang. Sultan Adiwijaya menugaskan Danang Sutowijaya untuk menumpas pemberontakan Aryo Penangsang dan berhasil membunuh Aryo Penangsang. Dikarenakan jasanya yang besar kepada Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya memberikan hadiah tanah Mataram kepada Sutowijaya. Setelah Pajang runtuh ia menjadi Raja Mataram Islam pertama di Jawa Tengah dan bergelar Panembahan Senopati.
Di pertengahan abad 16
bangsa Portugis dan Spanyol datang ke Indonesia dalam usaha mencari
rempah-rempah yang akan diperdagangkan di Eropa. Pada saat yang sama, bangsa
Inggris dan kemudian bangsa Belanda datang ke Indonesia juga. Dengan VOC-nya
bangsa Belanda menindas bangsa Indonesia termasuk rakyat Jawa Tengah baik
dibidang politik maupun ekonomi.
Di awal abad 18
Kerajaan Mataram diperintah oleh Sri Sunan Pakubuwono II, setelah beliau wafat
muncul perselisihan diantara keluarga raja yang ingin memilih raja baru.
Perselisihan bertambah keruh setelah adanya campur tangan pemerintah Kolonial
Belanda pada perselisihan keluarga raja tersebut. Pertikaian ini akhirnya
diselesaikan dengan Perjanjian Gianti tahun 1755. Kerajaan Mataram terbagi
menjadi dua kerajaan yang lebih kecil yaitu Surakarta Hadiningrat atau Kraton
Kasunanan di Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Kraton Kasultanan di
Yogyakarta.
Sampai sekarang daerah Jawa Tengah secara administratif merupakan sebuah
propinsi yang ditetapkan dengan Undang-undang No. 10/1950 tanggal 4 Juli 1950.
Jawa Tengah sebagai
salah satu Propinsi di Jawa, letaknya diapit oleh dua Propinsi besar, yaitu
Jawa Barat dan Jawa Timur.
Secara administratif
Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota.
Berikut ini adalah gambar rumah adat jawa:
Berdasarkan sejarah, perkembangan bentuk rumah tinggal orang jawa dapat
dikategorikan menjadi 4 macam yaitu rumah tradisional:
*bentuk Panggangpe
*bentuk Kampung
*bentuk Limasan
*bentuk Joglo
*bentuk Kampung
*bentuk Limasan
*bentuk Joglo
Dibanding bentuk
lainnya, rumah bentuk joglo lebih dikenal masyarakat pada umumnya.
Rumah Joglo kebanyakan
hanya dimiliki oleh mereka yang mampu. karena rumah joglo butuh bahan lebih
banyak dan mahal ketimbang rumah bentuk lain. Masyarakat jawa dulu menganggap
bahwa rumah joglo tidak boleh dimiliki oleh sembarang orang, oleh orang
kebanyakan, tapi hanya diperkenankan bagi kaum bangsawan, raja, dan pangeran,
serta mereka yang terhormat dan terpandang. Namun dewasa ini rumah joglo
digunakan pula oleh segenap lapisan masyarakat dan juga untuk berbagai fungsi
lain, seperti gedung pertemuan serta perkantoran.
Pada dasarnya rumah
bentuk joglo berdenah bujur sangkar, dengan empat pokok tiang di tengah yang di
sebut saka guru, dan digunakan blandar bersusun yang di sebut tumpangsari.
Bentuk persegi empat ini dalam perkembangannya mengalami perubahan dengan adanya
penambahan-penambahan ruang di sisi bangunannya namun tetap merupakan kesatuan
bentuk dari denah persegi empat.
Padepokan
Jawa Tengah merupakan sebuah bangunan induk istana Mangkunegaran di Surakarta.
Rumah penduduk dan keraton di Jawa Tengah umumnya terdiri atas 3 ruangan.
Pendopo. Pringgitan, dan Dalem.
Senjata
Seni
Orang Jawa terkenal
dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu
pementasan wayang.
Repertoar cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana
dan Mahabharata.
Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua
bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan, yang
juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan
tradisi Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar