Label

Thank You For Visiting My Blog

Jumat, 20 Maret 2015

Tugas Makalah, Ilmu Budaya Dasar #



MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR



DI SUSUN OLEH:
KHARISMA DWI PUTRA
1B114006
4KA47






KATA PENGANTAR





Puji serta syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Budaya Dasar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, para sahabat-Nya, dan kita semua selaku umat-Nya yang semoga selalu diberkahi oleh Allah SWT.

Makalah ini dibuat dalam  rangka pembelajaran  mata kuliah Ilmu Budaya Dasar agar kita dapat memperluas wawasan kita tentang Ilmu Budaya Dasar. Pemahaman tentang manusia dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat diperlukan, dengan harapan besar masalah-masalah dapat diselesaikan dengan baik dan dapat dihindari kelak ke depannya, sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hasdiana selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadama.

Saya menyadari makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena saya juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, koreksi, arahan, serta saran yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada kita semua.







DAFTAR ISI





Halaman



HALAMAN JUDUL.......................................................................................   I

KATA PENGANTAR.....................................................................................   II

DAFTAR ISI...................................................................................................   III

1.     PENDAHULUAN...................................................................................   1

1.1    Latar Belakang.................................................................................   2

1.2    Tujuan..............................................................................................   3

2.     ISD SEBAGAI SALAH SATU MKDU.................................................   7

2.1    Definisi ISD & IPS..........................................................................   7

2.2    Tujuan ISD & IPS............................................................................   7

2.3    Perbedaan & Persamaan ISD & IPS................................................   7

2.4    Ruang Lingkup ISD.........................................................................   8

3.     MANUSIA DAN KEBUDAYAAN.......................................................  9

3.1    Unsur-Unsur  Yang Membangun Manusia......................................   9

3.2    Hakikat Manusia..............................................................................   9

3.3    Kebiasaan Bangsa Timur..................................................................   12

3.4    Definisi Kebudayaan.......................................................................   12

3.5    Wujud Kebudayaan.........................................................................   13

3.6    Orientasi Nilai Budaya.....................................................................   14

3.7    Perubahan Kebudayaan...................................................................   17

3.8    Kaitan Manusia & Kebudayaan.......................................................   19

4.     KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN....   22

4.1    Pendekatan Kesusastraan.................................................................   22

4.2    Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa..................   23

4.3    Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi...........................................................   24

4.4    Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi...................   24

5.     PENUTUP................................................................................................   26

5.1    Kesimpulan......................................................................................   26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................   27








1.     PENDAHULUAN

1.1           Latar Belakang
         Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari gejala atau interaksi sosial manusia di lingkungan sekitarnya seperti antropologi, geografi, sosiologi, psikologi, sejarah, ekonomi, dan politik. Dari perkembangan ilmu sosial timbul paham studi sosial yang disebut Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sosial seperti antropologi, geografi, sosiologi sejarah, dan ekonomi. Di tingkat yang lebih tinggi ilmu pengetahuan sosial berkembang dan meluas menjadi ilmu sosial yang disebut Ilmu Sosial Dasar (ISD). Ilmu Sosial Dasar merupakan gabungan dari disiplin ilmu sosial yang digunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar.
       Ilmu Sosial Dasar adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia tentang masalah sosial dan juga membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya dengan menggunakan pengertian-pengertian. Ilmu Sosial dasar mulai diberikan di tingkat perguruan tinggi adalah dengan alasan karena diperkirakan sistem pendidikan di perguruan tinggi masih belum mengenali dimensi-dimensi lain di luar disiplin keilmuannya.
     Perguruan tinggi dianggap seolah-olah tidak peka terhadap perkembangan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sedangkan di sisi lain tenaga ahli yang dilahirkan dari perguruan tinggi sangat diharapkan memiliki kemampuan personal, akademik, dan profesional.

1.      Kemampuan personal
Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap yang mencerminkan kepribadian Indonesia, mengenal dan memahami nilai agama, masyarakat, pancasila serta pandangan luas terhadap berbagai masalah masyarakat Indonesia.

2.      Kemampuan akademik
Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang sedang dihadapi.

3.      Kemampuan professional
Kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dan mereka diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam profesinya.

    Tenaga ahli sangat diharapkan dapat mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Mempelajari dan menyadari adanya masalah-masalah individu, keluarga, dan masyarakat. Mempelajari hubungan antara warga negara dan negara, serta mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.

1.2          Tujuan
          Ilmu Sosial Dasar memiliki tujuan pembinaan mahasiswa agar memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada di dalam masyarakat. Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk turut serta dalam usaha-usaha penanggulangannya. Memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji dan menyadari setiap masalah sosial dan gejala sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya bisa memahaminya secara kritis. Dan yang paling penting adalah membantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri kepribadian yang diharapkan dari sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan secara timbal balik.








2.     ISD SEBAGAI SALAH SATU MKDU

2.1       Definisi ISD & IPS 

            Ilmu Sosial Dasar yaitu ilmu yang mempelajari masalah - masalah sosial, khususnya masalah - masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan teori - teori (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu - ilmu sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah) MK.
          Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.

2.2       Tujuan ISD & IPS

Tujuan Ilmu Sosial Dasar (ISD) & Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu :

  • Memahami dan menyadari adanya masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
  • Warga Indonesia memiliki sikap dan tingkah laku yang baik dalam masyarakat. agar tidak terjadi keributan ataupun kericuhan.
  • Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha mencegah dan menanggulanginya.

2.3       Perbedaan & Persamaan ISD & IPS

Perbedaan ISD & IPS yaitu :

  • Ilmu sosial dasar diberikan di Perguruaan Tinggi, Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
  • Ilmu sosial dasar merupakan mata kuliah tunggal sedangkan ilmu pengetahuan sosial dasar merupakan kelompok dari sejumlah mata pelajaran(untuk sekolah lanjutan).
  • Ilmu Sosial dasar diarahkan kepada pembentukan sikap dan kepribadian, sedang ilmu pengetahuan sosial diarahkan kepada pembentukan pengetahuan dan keterampilan intelektual.

Persamaan ISD & IPS yaitu :

  • Kedua-duanya merupakan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan.
  • Keduanya bukan disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
  • Keduanya mempunyai materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan masalah sosial.

2.4       Ruang Lingkup ISD 

Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan 3 golongan :
  • kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu.
  • konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
  • masalah-masalh yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Berdasarkan bahan kajian seperti yang disebut diatas, dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan, untuk dapat di operasionalkan.
Ilmu Sosial Dasar terdiri dari 8 Pokok Bahasan, dari kedelapan pokok bahasan tersebut maka ruang lingkup perkuliahan Ilmu Sosial Dasar diharapkan mempelajari dan memahami adanya :
  • Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
  • Masalah individu, keluarga dan masyarakat.
  • Masalah pemuda dan sosialisasi.
  • Masalah hubungan warga Negara dan Negara
  • Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat
  • Masalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
  • Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan Integrasi
  • Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
 






3.     MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

3.1       Unsur-Unsur  Yang Membangun Manusia
Ada dua pandangan yang dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia :

a)      Manusia terdiri dari 4 unsur yang saling terkait yaitu :
·         Jasad         : badan kasar manusia yang tampak dari luar, dapat diraba dan menempati ruang
·         Hayat        : mengandung unsur hidup yang ditandai gerak
·         Ruh           : bimbingan tuhan yang bekerja secara spiritual yang memahami kebenaran
·         Nafs          : kesadaran tentang diri sendiri

b)      Manusia sebagai suatu kepribadian memiliki 3 unsur, yaitu :
·         Id    :   merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak.        
                  merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional
·     Ego   :   bagian yang pertama kali dibedakan dengan ID,  disebut kepribadian eksekutif karena 
                  peranannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam saluran social yang dapat 
                  dimengerti orang lain
·   Super Ego : kepribadian yang muncul paling akhir sekitar usia 5 tahun. Super ego terbentuk dari 
                       lingkungan ekternal. Super ego merupakan kesatuan standar moral yang diterima ego 
                       dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas dalam lingkungan luar diri


3.2       Hakikat Manusia
         Hakikat manusia dalam pandangan ilmu sosiologi menurut Bapak August Comte “konsep manusia dalam ilmu sosiologi belum sepenuhnya melihat manusia sebagai makhluk yang utuh dan mandiri”. Comte berpendapat bahwa masyarakatlah yang menentukan individu. Baginya manusia itu ada untuk masyarakat dan masyarakatlah yang menentukan segala-galanya. Comte melihat bahwa manusia adalah non-rational. Oleh karena itu menurutnya “individual liberty” justru akan menimbulkan bahaya bagi keutuhan masyarakat itu sendiri. Demikian juga dalam masyarakat, tak seorangpun dapat berpendapat lain dari pada apa yang telah diputuskan oleh golongan tertinggi masyarakat itu, yaitu “The Intellectua Scientific Religious Group.” Ini berarti bahwa manusia adalah hanya suatu bagian dari masyarakat. Ia hidup dalam masyarakat tetapi ia tidak dapat mengarahkan masyarakat sesuai dengan keinginannya. Dalam pendidikan manusia diibaratkan suatu benda kosong dan adalah tugas masyarakat untuk mengisinya dengan norma-norma atau nilai-nilai yang dapat membuat masyarakat ini berbuat secara lebih terarah dalam artian tidak menggangu sistem. Oleh karena itu Sosialisasi dalam kehidupan manusia dipandang sangat penting. Namun bagi Indonesia, konsep manusia yang diberikan oleh Comte sulit untuk diterima, karena konsep tersebut terlalu memberikan porsi yang besar pada masyarakat, sedangkan individu tidak diberi kesempatan untuk aktif melakukan kegiatan kemasyarakatan. Pemerintah Indonesia bertujuan membentuk manusia seutuhnya, artinya melihat manusia tidak hanya sekedar menerima nilai-nilai masyarakat saja, tetapi ia juga dapat menciptakan nilai-nilai baru dan menyampaikannya pada masyarakat. Oleh karena itu partsipasi seluruh rakyat dalam proses pembangunan adalah sangat penting dan diperlukan. Melihat situasi yang ada di atas saya dapat menyimpulkan bahwa manusia dalam hakekat sosiologi sangatlah perlu diperhatikan dalam pendidikan karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan perlu untuk bersosialisasi. Kemudian manusia tidak hanya sekedar menerima nilai - nilai masyarakat saja, tetapi ia juga dapat menciptakan nilai - nilai baru dan menyampaikannya pada masyarakat.
Hakikat manusia dalam pandangan Islam menurut al-qur’an adalah Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya, selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
       Pandangan psikologi dalam Hakikat manusia mengarah pada sifat manusia yaitu sifat - sifat karakteristik segenap manusia. Hakikat manusia dalam kajian ini yang dimaksudkan adalah sesuatu yang esensial dan merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk yang dapat menjadikan manusia berbeda dengan makhluk - makhluk lainnya. Pada dasarnya atau pada hakikatnya hidup manusia adalah pengalaman bersama, hidup manusia, bahkan didalam unsur - unsurnya yang paling individual, merupakan kehidupan bersama dan tingkah laku manusia, didalam strukturnya yang asasi, yang selalu menunjukkan kepada pribadi. Bertolak dari pengertian psikologi yang menelaah perilaku manusia, para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan dan situasi lingkungan merupakan penentu - penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia. Islam memandang manusia sbagai makhluk Tuhan yang memilki keunikan dan keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhluknya karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan sang pencipta dan makhluk - makhluknya. Pandangan Islam dan psikologi berjumpa pada diri manusia sebagai salah satu fenomena Tuhan dengan segala karakter kemanusiaanya tetapi sebuah perjumpaan tidak selalu berarti pertemuan. Tinjauan islam dan psikologi yang sama - sama menyoroti manusia ternyata hasilnya tidak selalu sejalan.
      Hakikat manusia dalam ilmu tasawuf menurut Al-Ghazali menggambarkan manusia terdiri dari Al-Nafs, Al-ruh dan Al-jism. Al-nafs adalah substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat. Al-ruh adalah panas alam di (al-hararat al-ghariziyyat) yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan syaraf. Sedangkan al-jism adalah yang tersusun dari unsur-unsur materi. Al-jism (tubuh) adalah bagian yang paling tidak sempurna pada manusia. Ia terdiri atas unsur-unsur materi, yang pada suatu saat komposisinya bisa rusak. Karena itu, ia tidak mempunyai daya sama sekali. Ia hanya mempunyai mabda’ thabi’i (prinsip alami), yang memperlihatkan bahwa ia tunduk kepada kekuatan-kekuatan di luar dirinya. Tegasnya, al-jism tanpa al-ruh dan al-nafs adalah benda mati. Selain itu, Al-Ghazali juga menyebutkan manusia terdiri dari substansi yang mempunyai dimensi dan substansi (tidak berdimensi) yang mempuyai kemampuan merasa dan bergerak dengan kemauan. Yang pertama adalah al-jism dan yang kedua al-nafs. Di sini, ia tidak membicarakan al-ruh dalam arti sejenis uap yang halus atau panas alami, tetapi ia menggambarkan adanya dua tingkatan al-nafs dibawah al-nafs dalam arti esensi manusia, yaitu al-nafs al-nabatiyyat (jiwa vegetatif) dan al-nafs al-hayawaniyyat (jiwa sensitif). Menurut Al-Ghazali, Jiwa (al-nafs al-nathiqah) sebagai esensi manusia mempunyai hubungan erat dengan badan. Hubungan tersebut diibaratkan seperti hubungan antara penunggang kuda dengan kudanya. Hubungan ini merupakan aktifitas, dalam arti bahwa yang memegang inisiatif adalah penunggang kuda bukan kudanya. Kuda merupakan alat untuk mencapai tujuan. Ini berarti bahwa badan merupakan alat bagi jiwa. Jadi, badan tidak mempunyai tujuan pada dirinya dan tujuan itu akan ada apabila dihubungkan dengan jiwa, yaitu sebagai alat untuk mengaktualisasikan potensi - potensinya. Dari penjelasan Al-ghazali diatas saya mengartikan bahwa badan hanya sebatas alat sedangkan jiwa yang merupakan memegang inisiatif yang mempunyai kemampuan dan tujuan. Badan tanpa jiwa tidak mempunyai kemampuan apa-apa. Badan tidak mempunyai tujuan, tetapi jiwa yang mempunyai tujuan. Badan menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, jiwalah nanti yang akan menikmati dan merasakan  bahagia atau sengsaranya di akhirat kelak. Dengan demikian terlihat jelas bahwa telah ditemukan dasar pemahaman yang mendalam pada filsafat tentang manusia.

 3.3      Kebiasaan Bangsa Timur

           Berbicara mengenai kepribadian bangsa timur kita pasti mengacu pada Negara - negara yang ada di kawasan timur belahan bumi ini. Karakter atau ciri khas orang - orang timur biasanya dikenal sangat santun dan ramah. Mereka menjunjung tinggi nilai - nilai moral yang berlaku di dalam kehidupan mereka masing - masing. Maka dari itulah yang membedakan bangsa timur dengan bangsa barat. 
         Manusia mendiami wilayah yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur.
           Orang - orang timur mempunyai manner yang khas yang membedakannya dengan bangsa lain. Bangsa timur sangat terkenal dengan keramahtamahannya terhadap orang lain bahkan orang asing sekalipun. Bagaimana mereka saling memberikan salam, tersenyum atau berbasa basi menawarkan makanan atau minuman. Bangsa timur juga sangat menjunjung tinggi nilai - nilai atau norma - norma yang tumbuh di lingkungan masyarakat mereka.
        Contohnya saja nilai kesopanan. Di beberapa negara di Asia ada cara dimana kita harus menundukkan/membungkukkan badan 90 derajat pada orang yang lebih tua atau mempunyai kedudukan yang lebih tinggi secara finansial maupun pendidikannya untuk menunjukkan rasa hormat kita. Kepribadian bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun berpakaian. Orang - orang timur juga sangat mengedepankan kepentingan bersama daripada kepentingan yang bersifat pribadi.
Bangsa lain juga sangat suka dengan kepribadian bangsa timur yang tidak individualis, dan saling menghargai serta tolong menolong satu sama lain tanpa pamrih. Selain itu bangsa timur sangat menjaga tali silaturahmi atau kekeluargaan antar sesama. Bangsa timur juga terkenal mempunyai pribadi sebagai bangsa pekerja keras, mereka akan berjuang untuk memenuhi kebutuhan baik kebutuhan individu mereka atau kebutuhan kelompok. Tingkat keagamaan atau religiusitas mereka juga tinggi, terlihat dari seringnya mereka melakukan ibadah. kepercayaan bangsa timur terhadap nenek moyang mereka juga masih kental hingga saat ini. Bangsa timur juga terkenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan bangsanya. Kebudayaan itulah yang mereka jadikan sebagai panutan mereka dalam berperilaku.

3.4       Definisi Kebudayaan 
                                                                       
          Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang - orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan - perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
        Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur - unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
          Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai - nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
        Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota - anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota - anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

3.5       Wujud Kebudayaan                    
                                                                
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
·         Gagasan (Wujud Ideal) : Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide - ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala - kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku - buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

·         Aktivitas (Tindakan) : Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas - aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola - pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari - hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.

·         Artefak (Karya) : Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda - benda atau hal - hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

3.6       Orientasi Nilai Budaya

            Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sebuah konsep ber-ruang-lingkup luas yang hidup dalam alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai - nilai budaya.
         Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk ber-perilaku seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai - nilai tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari kebudayaan mereka, yang seolah - olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
          Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
         Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan berbagai variasi yang berbeda - beda. Seperti masalah pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan   nirwana, dan mengenyampingkan segala tindakan yang dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep - konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
         Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
        Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
        Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
         Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat - masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas (kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
         Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam sistem hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior) untuk semua orang. Tetapi dalam masyarakat yang mementingkan kemandirian individual, maka keputusan dibuat dan diarahkan kepada masing - masing individu.
       Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang ideal untuk masing - masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau variasi antara kedua pola yang ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola transisional. Kerangka Kluckhohn mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Skema Kluckhohn:
Lima Masalah Dasar Yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah Dasar Dalam Hidup
Orientasi Nilai Budaya
Konservatif
Transisi
Progresif
Hakekat Hidup
Hidup itu buruk
Hidup itu baik
Hidup itu sukar tetapi harus diperjuangkan
Hakekat Kerja/karya
Kelangsungan hidup
Kedudukan dan kehormatan / prestise
Mempertinggi prestise
Hubungan Manusia Dengan Waktu
Orientasi ke masa lalu
Orientasi ke masa kini
Orientasi ke masa depan
Hubungan Manusia Dengan Alam
Tunduk kepada alam
Selaras dengan alam
Menguasai alam
Hubungan Manusia Dengan Sesamanya
Vertikal
Horizontal/ kolekial
Individual/mandiri
Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)

         Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda - beda untuk tiap masyarakat dan kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal tersebut di atas selalu ada. Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik - titik kelemahan dari kebudayaan Indonesia yang menghambat pembangunan nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab. Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku - suku di Indonesia umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan. Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok - kelompok etnik di Indonesia, tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.

3.7       Perubahan Kebudayaan
           Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur - unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.

Contoh :
Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.

           Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan - aturan organisasi sosial. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus - menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor - faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:

a)      Mendorong perubahan kebudayaan :
·         Adanya unsur - unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, 
       terutama unsur - unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
·        Adanya individu - individu yang mudah menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan, 
       terutama generasi muda.
·         Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.

b)      Menghambat perubahan kebudayaan :
·         Adanya unsur - unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti: adat istiadat 
       dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
·         Adanya individu - individu yang sukar menerima unsur - unsur perubahan terutama 
       generasi tu yang kolot.

Ada juga faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :

a)      Faktor intern :
·         Perubahan Demografis: Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, contoh: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.

·         Konflik sosial: Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. contoh: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama - sama para transmigran.

·         Bencana alam: Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan contoh: bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.

·         Perubahan lingkungan alam: Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.

b)      Faktor ekstern :
·         Perdagangan : Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur dengan India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang - pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.

·     Penyebaran agama: Masuknya unsur - unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur - unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan Kolonialisme.

·        Peperangan: Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsur - unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.

3.8       Kaitan Manusia & Kebudayaan

·         Hubungan manusia dan kebudayaan
      Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya dan lain sebagainya.

·         Contoh hubungan manusia dan kebudayaan
      Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ? Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhirya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita  lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya. Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau ter-eliminasi (Berger, dalam terjemahan M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv) Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.

·         Pengertian Dialektis
     Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomena dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben. Bentuk triadik dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir - pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang tidak terselesaikan. Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant. Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat dibagi-bagi”. Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis  baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi. Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis). Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal atau ditiadakan. Dialektika menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala - gejala. Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel. Bagi Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis. Kenyataan menjadi dua unsur  bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika. Secara umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist). Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika Hegel. Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.

·         3 tahap proses dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
a)      Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
b)      Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
c)      Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.






4.     KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN

4.1       Pendekatan Kesusastraan
           Ilmu Budaya Dasar, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus.
       Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang dimasukkan kedalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang - kadang disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umunmya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang - cabangnya tennasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, clan. sebaginya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu - ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.
          Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
           Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pemyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu - ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada haketnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
         Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap hal yang lepas dart pengamatan orang lain.
           IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester, sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli - ahli dalam salah satu bidang keahlian yang tennasuk didalam pengetahuan budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD semata - mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai - nilai budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebaginya. Memang seperti cabang - cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak diajatkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah - masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik, seni rupa, dan sebagainya. Orientasi the Humanities adalah ilmu : dengan mempelajari satu atau sebagian dart disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.

4.2       Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan Dengan Prosa
          Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa itu sendiri berasal dari bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karena itu, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa lama dan prosa baru, prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat, dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Prosa terbagi atas dua jenis, yaitu prosa lama dan prosa baru.

Lima Komponen Dalam Prosa Lama :
·         Dongeng-dongeng
·         Hikayat
·         Sejarah
·         Epos
·         Cerita pelipur lara

Lima Komponen Dalam Prosa Baru :
·         Cerita pendek
·         Roman/ novel
·         Biografi
·         Kisah
·         Otobiografi

4.3    Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
         Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :
·         Prosa fiksi memberikan kesenangan : Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh - tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.

·                Prosa fiksi memberikan informasi : Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam novel sexing kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.

·      Prosa fiksi memberikan warisan kultural : Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti - hentinya dari warisan budaya bangsa.

·         Prosa memberikan keseimbangan wawasan : Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon - respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.

4.4     IBD yang di hubungkan dengan puisi
          Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Kreativitas Penyair Dalam Membangun Puisinya, yaitu :
·   Figura bahasa ( figurative language ) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, 
   alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
·   Kata - kata yang ambiquitas yaitu kata - kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
·  Kata - kata berjiwa yaitu kata - kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan
   pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
· Kata - kata yang konotatif yaitu kata - kata yang sudah diberi tambahan nilai - nilai rasa dan asosiasi - asosiasi tertentu.
· Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal - hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati Adapun alasan - alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
·         Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia.
·         Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
·         Puisi dan keinsyafan sosial.





  
5.     PENUTUP

5.1     Kesimpulan
          Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat manusia. Kehidupan masyarakat manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan - perubahan sosial dan budaya yang secara jelas dapat terlihat melalui berbagai benda hasil budaya dan aktivitas - aktivitas kehidupannya. Sebagai manusia yang menjalani kehidupan di dunia beserta problematika yang ada. Apabila kita menginginkan kehidupan kita berjalan baik dan lancar maka pengelolaan kita terhadap pola pikir akal, jasmani dan rohani kita harus berjalan dengan benar, seimbang dan sesuai. Begitu juga dengan kepekaan kita terhadap masyarakat dan lingkungan yang berada di sekitar kita. Semuanya harus dijalankan secara seimbang karena kita adalah makhluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungan sosial dan apabila ada salah satu saja yang tidak seimbang dalam pemenuhannya maka akan berdampak pula pada kehidupan sehari - hari kita.







DAFTAR PUSTAKA

[ 1 ]      URL: https://putrasinambela.wordpress.com/2013/10/01/pengertian-tujuan-isd-ruamg-lingkup-isd-persamaan-isd-dan-ips/


[ 2 ]      URL: http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html


[ 3 ]      URL: http://alvianrachman.blogspot.com/2012/10/pendekatan-kesusastraan-ibd-yangsemula.html


[ 4 ]      URL: http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/pengertian-perubahan-kebudayaan-adalah.html


[ 5 ]      URL: https://irwanzulkifli.wordpress.com/2013/11/19/orientasi-nilai-budaya/


[ 6 ]      URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya


[ 7 ]      URL: http://panjiapriyantooo.blogspot.com/2012/03/kebudayaan-timur.html
            

[ 8 ]      URL: http://filsafat.kompasiana.com/2014/03/09/hakikat-manusia-638185.html


[ 9 ]      URL: https://chesster028.wordpress.com/2013/03/14/unsur-unsur-yang-membangun-manusia/


[ 10 ]    URL: https://ginadamar.wordpress.com/2012/10/02/tugas-mata-kuliah-ilmu-sosial-dasar-isd/


[ 11 ]    URL: https://alvinmod.wordpress.com/2014/10/31/pengertian-tujuan-perbedaan-dan-persamaan-isd-dan-ips/
 


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar