MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR
DI SUSUN OLEH:
KHARISMA DWI PUTRA
1B114006
4KA47
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Ilmu Budaya Dasar. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, para sahabat-Nya, dan kita semua selaku umat-Nya yang semoga selalu diberkahi oleh Allah SWT.
Makalah ini dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah Ilmu Budaya Dasar agar kita dapat memperluas wawasan kita tentang Ilmu Budaya Dasar. Pemahaman tentang manusia dan hal-hal yang berkaitan dengannya sangat diperlukan, dengan harapan besar masalah-masalah dapat diselesaikan dengan baik dan dapat dihindari kelak ke depannya, sekaligus menambah wawasan bagi kita semua.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hasdiana selaku Dosen Ilmu Budaya Dasar, Universitas Gunadama.
Saya menyadari makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena saya juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, koreksi, arahan, serta saran yang membangun sangat saya harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... I
KATA PENGANTAR..................................................................................... II
DAFTAR ISI................................................................................................... III
1. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 2
1.2 Tujuan.............................................................................................. 3
2. ISD SEBAGAI SALAH SATU MKDU................................................. 7
2.1 Definisi ISD & IPS.......................................................................... 7
2.2 Tujuan ISD & IPS............................................................................ 7
2.3 Perbedaan & Persamaan ISD & IPS................................................ 7
2.4 Ruang Lingkup ISD......................................................................... 8
3. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN....................................................... 9
3.1 Unsur-Unsur Yang Membangun Manusia...................................... 9
3.2 Hakikat Manusia.............................................................................. 9
3.3 Kebiasaan Bangsa Timur.................................................................. 12
3.4 Definisi Kebudayaan....................................................................... 12
3.5 Wujud Kebudayaan......................................................................... 13
3.6 Orientasi Nilai Budaya..................................................................... 14
3.7 Perubahan Kebudayaan................................................................... 17
3.8 Kaitan Manusia & Kebudayaan....................................................... 19
4. KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN.... 22
4.1 Pendekatan Kesusastraan................................................................. 22
4.2 Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa.................. 23
4.3 Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi........................................................... 24
4.4 Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi................... 24
5. PENUTUP................................................................................................ 26
5.1 Kesimpulan...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari gejala atau interaksi sosial manusia di lingkungan sekitarnya seperti antropologi, geografi, sosiologi, psikologi, sejarah, ekonomi, dan politik. Dari perkembangan ilmu sosial timbul paham studi sosial yang disebut Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi yang merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sosial seperti antropologi, geografi, sosiologi sejarah, dan ekonomi. Di tingkat yang lebih tinggi ilmu pengetahuan sosial berkembang dan meluas menjadi ilmu sosial yang disebut Ilmu Sosial Dasar (ISD). Ilmu Sosial Dasar merupakan gabungan dari disiplin ilmu sosial yang digunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalah sosial yang ada di lingkungan sekitar.
Ilmu Sosial Dasar adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia tentang masalah sosial dan juga membicarakan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya dengan menggunakan pengertian-pengertian. Ilmu Sosial dasar mulai diberikan di tingkat perguruan tinggi adalah dengan alasan karena diperkirakan sistem pendidikan di perguruan tinggi masih belum mengenali dimensi-dimensi lain di luar disiplin keilmuannya.
Perguruan tinggi dianggap seolah-olah tidak peka terhadap perkembangan masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Sedangkan di sisi lain tenaga ahli yang dilahirkan dari perguruan tinggi sangat diharapkan memiliki kemampuan personal, akademik, dan profesional.
1. Kemampuan personal
Tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap yang mencerminkan kepribadian Indonesia, mengenal dan memahami nilai agama, masyarakat, pancasila serta pandangan luas terhadap berbagai masalah masyarakat Indonesia.
2. Kemampuan akademik
Kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah baik lisan maupun tulisan dan mampu berpikir logis, kritis, sistematis dan analitis. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang sedang dihadapi.
3. Kemampuan professional
Kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dan mereka diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi dalam profesinya.
Tenaga ahli sangat diharapkan dapat mempelajari dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan. Mempelajari dan menyadari adanya masalah-masalah individu, keluarga, dan masyarakat. Mempelajari hubungan antara warga negara dan negara, serta mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.
1.2 Tujuan
Ilmu Sosial Dasar memiliki tujuan pembinaan mahasiswa agar memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada di dalam masyarakat. Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain dan dapat berkomunikasi dengan mereka. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk turut serta dalam usaha-usaha penanggulangannya. Memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji dan menyadari setiap masalah sosial dan gejala sosial yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya bisa memahaminya secara kritis. Dan yang paling penting adalah membantu perkembangan wawasan penalaran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yang lebih luas dan ciri kepribadian yang diharapkan dari sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan secara timbal balik.
2. ISD SEBAGAI SALAH SATU MKDU
2.1 Definisi ISD & IPS
Ilmu Sosial Dasar yaitu ilmu yang mempelajari masalah - masalah sosial, khususnya masalah - masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan teori - teori (fakta, konsep, teori) yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu - ilmu sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah) MK.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan. Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya.
2.2 Tujuan ISD & IPS
Tujuan Ilmu Sosial Dasar (ISD) & Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu :
- Memahami dan menyadari adanya masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
- Warga Indonesia memiliki sikap dan tingkah laku yang baik dalam masyarakat. agar tidak terjadi keributan ataupun kericuhan.
- Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha mencegah dan menanggulanginya.
2.3 Perbedaan & Persamaan ISD & IPS
Perbedaan ISD & IPS yaitu :
- Ilmu sosial dasar diberikan di Perguruaan Tinggi, Ilmu Pengetahuan Sosial diberikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
- Ilmu sosial dasar merupakan mata kuliah tunggal sedangkan ilmu pengetahuan sosial dasar merupakan kelompok dari sejumlah mata pelajaran(untuk sekolah lanjutan).
- Ilmu Sosial dasar diarahkan kepada pembentukan sikap dan kepribadian, sedang ilmu pengetahuan sosial diarahkan kepada pembentukan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
Persamaan ISD & IPS yaitu :
- Kedua-duanya merupakan bahan studi untuk kepentingan program pendidikan.
- Keduanya bukan disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
- Keduanya mempunyai materi yang terdiri dari kenyataan sosial dan masalah sosial.
2.4 Ruang Lingkup ISD
Bahan pelajaran Ilmu Sosial Dasar dapat dibedakan 3 golongan :
- kenyataan-kenyataan sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah sosial tertentu.
- konsep-konsep sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan-kenyataan sosial dibatasi pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas dalam Ilmu Pengetahuan Sosial
- masalah-masalh yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai kenyataan-kenyataan sosial yang antara yang satu dengan yang lainnya berbeda.
Berdasarkan bahan kajian seperti yang disebut diatas, dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam pokok bahasan dan sub pokok bahasan, untuk dapat di operasionalkan.
Ilmu Sosial Dasar terdiri dari 8 Pokok Bahasan, dari kedelapan pokok bahasan tersebut maka ruang lingkup perkuliahan Ilmu Sosial Dasar diharapkan mempelajari dan memahami adanya :
- Berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan masyarakat dan kebudayaan.
- Masalah individu, keluarga dan masyarakat.
- Masalah pemuda dan sosialisasi.
- Masalah hubungan warga Negara dan Negara
- Masalah pelapisan sosial dan kesamaan derajat
- Masalah masyarakat perkotaan dan pedesaan
- Masalah pertentangan-pertentangan sosial dan Integrasi
- Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
3. MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
3.1 Unsur-Unsur Yang Membangun Manusia
Ada dua pandangan yang dapat dijadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia :
a) Manusia terdiri dari 4 unsur yang saling terkait yaitu :
· Jasad : badan kasar manusia yang tampak dari luar, dapat diraba dan menempati ruang
· Hayat : mengandung unsur hidup yang ditandai gerak
· Ruh : bimbingan tuhan yang bekerja secara spiritual yang memahami kebenaran
· Nafs : kesadaran tentang diri sendiri
b) Manusia sebagai suatu kepribadian memiliki 3 unsur, yaitu :
· Id : merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak.
merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional
merupakan libido murni, atau energy psikis yang menunjukkan ciri alami yang irrasional
· Ego : bagian yang pertama kali dibedakan dengan ID, disebut kepribadian eksekutif karena
peranannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam saluran social yang dapat
dimengerti orang lain
peranannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam saluran social yang dapat
dimengerti orang lain
· Super Ego : kepribadian yang muncul paling akhir sekitar usia 5 tahun. Super ego terbentuk dari
lingkungan ekternal. Super ego merupakan kesatuan standar moral yang diterima ego
dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas dalam lingkungan luar diri
lingkungan ekternal. Super ego merupakan kesatuan standar moral yang diterima ego
dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas dalam lingkungan luar diri
3.2 Hakikat Manusia
Hakikat manusia dalam pandangan ilmu sosiologi menurut Bapak August Comte “konsep manusia dalam ilmu sosiologi belum sepenuhnya melihat manusia sebagai makhluk yang utuh dan mandiri”. Comte berpendapat bahwa masyarakatlah yang menentukan individu. Baginya manusia itu ada untuk masyarakat dan masyarakatlah yang menentukan segala-galanya. Comte melihat bahwa manusia adalah non-rational. Oleh karena itu menurutnya “individual liberty” justru akan menimbulkan bahaya bagi keutuhan masyarakat itu sendiri. Demikian juga dalam masyarakat, tak seorangpun dapat berpendapat lain dari pada apa yang telah diputuskan oleh golongan tertinggi masyarakat itu, yaitu “The Intellectua Scientific Religious Group.” Ini berarti bahwa manusia adalah hanya suatu bagian dari masyarakat. Ia hidup dalam masyarakat tetapi ia tidak dapat mengarahkan masyarakat sesuai dengan keinginannya. Dalam pendidikan manusia diibaratkan suatu benda kosong dan adalah tugas masyarakat untuk mengisinya dengan norma-norma atau nilai-nilai yang dapat membuat masyarakat ini berbuat secara lebih terarah dalam artian tidak menggangu sistem. Oleh karena itu Sosialisasi dalam kehidupan manusia dipandang sangat penting. Namun bagi Indonesia, konsep manusia yang diberikan oleh Comte sulit untuk diterima, karena konsep tersebut terlalu memberikan porsi yang besar pada masyarakat, sedangkan individu tidak diberi kesempatan untuk aktif melakukan kegiatan kemasyarakatan. Pemerintah Indonesia bertujuan membentuk manusia seutuhnya, artinya melihat manusia tidak hanya sekedar menerima nilai-nilai masyarakat saja, tetapi ia juga dapat menciptakan nilai-nilai baru dan menyampaikannya pada masyarakat. Oleh karena itu partsipasi seluruh rakyat dalam proses pembangunan adalah sangat penting dan diperlukan. Melihat situasi yang ada di atas saya dapat menyimpulkan bahwa manusia dalam hakekat sosiologi sangatlah perlu diperhatikan dalam pendidikan karena manusia tidak bisa hidup sendiri dan perlu untuk bersosialisasi. Kemudian manusia tidak hanya sekedar menerima nilai - nilai masyarakat saja, tetapi ia juga dapat menciptakan nilai - nilai baru dan menyampaikannya pada masyarakat.
Hakikat manusia dalam pandangan Islam menurut al-qur’an adalah Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt. Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna manusia diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya, selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat manusia.
Pandangan psikologi dalam Hakikat manusia mengarah pada sifat manusia yaitu sifat - sifat karakteristik segenap manusia. Hakikat manusia dalam kajian ini yang dimaksudkan adalah sesuatu yang esensial dan merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk yang dapat menjadikan manusia berbeda dengan makhluk - makhluk lainnya. Pada dasarnya atau pada hakikatnya hidup manusia adalah pengalaman bersama, hidup manusia, bahkan didalam unsur - unsurnya yang paling individual, merupakan kehidupan bersama dan tingkah laku manusia, didalam strukturnya yang asasi, yang selalu menunjukkan kepada pribadi. Bertolak dari pengertian psikologi yang menelaah perilaku manusia, para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan dan situasi lingkungan merupakan penentu - penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia. Islam memandang manusia sbagai makhluk Tuhan yang memilki keunikan dan keistimewaan tertentu. Sebagai salah satu makhluknya karakteristik eksistensi manusia harus dicari dalam relasi dengan sang pencipta dan makhluk - makhluknya. Pandangan Islam dan psikologi berjumpa pada diri manusia sebagai salah satu fenomena Tuhan dengan segala karakter kemanusiaanya tetapi sebuah perjumpaan tidak selalu berarti pertemuan. Tinjauan islam dan psikologi yang sama - sama menyoroti manusia ternyata hasilnya tidak selalu sejalan.
Hakikat
manusia dalam ilmu tasawuf menurut Al-Ghazali menggambarkan manusia terdiri
dari Al-Nafs, Al-ruh dan Al-jism. Al-nafs adalah substansi yang berdiri
sendiri, tidak bertempat. Al-ruh adalah panas alam di (al-hararat
al-ghariziyyat) yang mengalir pada pembuluh-pembuluh nadi, otot-otot dan
syaraf. Sedangkan al-jism adalah yang tersusun dari unsur-unsur materi. Al-jism
(tubuh) adalah bagian yang paling tidak sempurna pada manusia. Ia terdiri atas
unsur-unsur materi, yang pada suatu saat komposisinya bisa rusak. Karena itu,
ia tidak mempunyai daya sama sekali. Ia hanya mempunyai mabda’ thabi’i
(prinsip alami), yang memperlihatkan bahwa ia tunduk kepada kekuatan-kekuatan
di luar dirinya. Tegasnya, al-jism tanpa al-ruh dan al-nafs adalah benda mati.
Selain itu, Al-Ghazali juga menyebutkan manusia terdiri dari substansi yang
mempunyai dimensi dan substansi (tidak berdimensi) yang mempuyai kemampuan
merasa dan bergerak dengan kemauan. Yang pertama adalah al-jism dan yang kedua
al-nafs. Di sini, ia tidak membicarakan al-ruh dalam arti sejenis uap yang
halus atau panas alami, tetapi ia menggambarkan adanya dua tingkatan al-nafs
dibawah al-nafs dalam arti esensi manusia, yaitu al-nafs al-nabatiyyat
(jiwa vegetatif) dan al-nafs al-hayawaniyyat (jiwa sensitif). Menurut
Al-Ghazali, Jiwa (al-nafs al-nathiqah) sebagai esensi manusia mempunyai
hubungan erat dengan badan. Hubungan tersebut diibaratkan seperti hubungan
antara penunggang kuda dengan kudanya. Hubungan ini merupakan aktifitas, dalam
arti bahwa yang memegang inisiatif adalah penunggang kuda bukan kudanya. Kuda
merupakan alat untuk mencapai tujuan. Ini berarti bahwa badan merupakan alat
bagi jiwa. Jadi, badan tidak mempunyai tujuan pada dirinya dan tujuan itu
akan ada apabila dihubungkan dengan jiwa, yaitu sebagai alat untuk
mengaktualisasikan potensi - potensinya. Dari penjelasan Al-ghazali diatas saya
mengartikan bahwa badan hanya sebatas alat sedangkan jiwa yang merupakan
memegang inisiatif yang mempunyai kemampuan dan tujuan. Badan tanpa jiwa tidak
mempunyai kemampuan apa-apa. Badan tidak mempunyai tujuan, tetapi jiwa yang
mempunyai tujuan. Badan menjadi alat untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh
karena itu, jiwalah nanti yang akan menikmati dan merasakan bahagia atau
sengsaranya di akhirat kelak. Dengan demikian terlihat jelas bahwa telah
ditemukan dasar pemahaman yang mendalam pada filsafat tentang manusia.
3.3 Kebiasaan Bangsa Timur
Berbicara
mengenai kepribadian bangsa timur kita pasti mengacu pada Negara - negara yang
ada di kawasan timur belahan bumi ini. Karakter atau ciri khas orang - orang
timur biasanya dikenal sangat santun dan ramah. Mereka menjunjung tinggi nilai -
nilai moral yang berlaku di dalam kehidupan mereka masing - masing. Maka dari
itulah yang membedakan bangsa timur dengan bangsa barat.
Manusia mendiami
wilayah yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda juga. Hal ini membuat
kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian setiap manusia suatu
wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara garis besar terdapat tiga
pembagian wilayah, yaitu : Barat, Timur Tengah, dan Timur.
Orang - orang
timur mempunyai manner yang khas yang membedakannya dengan bangsa lain. Bangsa
timur sangat terkenal dengan keramahtamahannya terhadap orang lain bahkan orang
asing sekalipun. Bagaimana mereka saling memberikan salam, tersenyum atau
berbasa basi menawarkan makanan atau minuman. Bangsa timur juga sangat
menjunjung tinggi nilai - nilai atau norma - norma yang tumbuh di lingkungan
masyarakat mereka.
Contohnya saja
nilai kesopanan. Di beberapa negara di Asia ada cara dimana kita harus
menundukkan/membungkukkan badan 90 derajat pada orang yang lebih tua atau
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi secara finansial maupun pendidikannya
untuk menunjukkan rasa hormat kita. Kepribadian bangsa timur juga identik
dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam bergaul maupun berpakaian.
Orang - orang timur juga sangat mengedepankan kepentingan bersama daripada
kepentingan yang bersifat pribadi.
Bangsa lain juga sangat suka dengan kepribadian
bangsa timur yang tidak individualis, dan saling menghargai serta tolong
menolong satu sama lain tanpa pamrih. Selain itu bangsa timur sangat menjaga
tali silaturahmi atau kekeluargaan antar sesama. Bangsa timur juga terkenal
mempunyai pribadi sebagai bangsa pekerja keras, mereka akan berjuang untuk
memenuhi kebutuhan baik kebutuhan individu mereka atau kebutuhan kelompok.
Tingkat keagamaan atau religiusitas mereka juga tinggi, terlihat dari seringnya
mereka melakukan ibadah. kepercayaan bangsa timur terhadap nenek moyang mereka
juga masih kental hingga saat ini. Bangsa timur juga terkenal sebagai bangsa
yang menjunjung tinggi nilai kebudayaan bangsanya. Kebudayaan itulah yang
mereka jadikan sebagai panutan mereka dalam berperilaku.
3.4 Definisi Kebudayaan
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi
dengan orang - orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan - perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur - unsur
sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai - nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota - anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat
dipinjam anggota - anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa
bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas
seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
3.5 Wujud
Kebudayaan
Menurut
J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,
aktivitas, dan artefak.
·
Gagasan
(Wujud Ideal) : Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide - ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;
tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala - kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu
dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam
karangan, dan buku - buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
·
Aktivitas
(Tindakan) : Aktivitas adalah wujud kebudayaan
sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas - aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia
lainnya menurut pola - pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari - hari,
dan dapat diamati, dan didokumentasikan.
·
Artefak (Karya) : Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda - benda
atau hal - hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan
ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya
(artefak) manusia.
3.6 Orientasi
Nilai Budaya
Kluckhohn dalam Pelly (1994) mengemukakan bahwa nilai budaya merupakan sebuah konsep ber-ruang-lingkup luas yang hidup
dalam alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai
apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain
saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai - nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai ini mendorong individu untuk ber-perilaku seperti apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya dengan berperilaku seperti itu
mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem
nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri
seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh
karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan
waktu. Sebab, nilai -
nilai tersebut merupakan wujud ideal dari lingkungan sosialnya. Dapat pula dikatakan bahwa sistem nilai budaya suatu masyarakat merupakan wujud konsepsional dari
kebudayaan mereka, yang seolah -
olah berada diluar dan di atas para individu warga
masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap
kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly
(1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2)
hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan
waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari
hubungan manusia dengan manusia sesamanya.
Berbagai kebudayaan mengkonsepsikan masalah universal ini dengan berbagai variasi yang berbeda - beda. Seperti masalah pertama, yaitu mengenai hakekat
hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha
misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu
pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan
nirwana, dan mengenyampingkan segala tindakan yang dapat
menambah rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10).
Pandangan seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan
yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep - konsep kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada
sikap dan wawasan mereka.
Masalah kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam
kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha untuk
kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja
keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan status,
jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi
prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
Masalah ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu.
Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa
kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat
kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi
perencanaan hidup masyarakatnya.
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional
manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu dahsyat dan mengenai
kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam sebagai anugerah Tuhan
Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada juga kebudayaan ingin
mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang ini akan berpengaruh
terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam
banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara
bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan
hubungan horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan
hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat - masyarakat eligaterian. Sebaliknya kebudayaan yang
menekankan hubungan vertical cenderung untuk mengembangkan orientasi keatas
(kepada senioritas, penguasa atau pemimpin). Orientasi ini banyak terdapat
dalam masyarakat paternalistic (kebapaan). Tentu saja pandangan ini sangat
mempengaruhi proses dinamika dan mobilitas social masyarakatnya.
Inti permasalahan disini seperti yang dikemukakan oleh Manan
dalam Pelly (1994) adalah siapa yang harus mengambil keputusan. Sebaiknya dalam
sistem hubungan vertical keputusan dibuat oleh atasan (senior)
untuk semua orang. Tetapi dalam masyarakat yang mementingkan kemandirian individual, maka keputusan dibuat
dan diarahkan kepada masing - masing
individu.
Pola orientasi nilai budaya yang hitam putih tersebut di atas merupakan pola yang
ideal untuk masing -
masing pihak. Dalam kenyataannya terdapat nuansa atau variasi antara kedua pola yang ekstrim itu yang dapat disebut sebagai pola transisional. Kerangka Kluckhohn
mengenai lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel
Skema Kluckhohn:
Lima
Masalah Dasar Yang Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia
Masalah Dasar Dalam Hidup
|
Orientasi Nilai Budaya
|
||
Konservatif
|
Transisi
|
Progresif
|
|
Hakekat Hidup
|
Hidup itu buruk
|
Hidup itu baik
|
Hidup itu sukar tetapi harus
diperjuangkan
|
Hakekat Kerja/karya
|
Kelangsungan hidup
|
Kedudukan dan kehormatan /
prestise
|
Mempertinggi prestise
|
Hubungan Manusia Dengan Waktu
|
Orientasi ke masa lalu
|
Orientasi ke masa kini
|
Orientasi ke masa depan
|
Hubungan Manusia Dengan Alam
|
Tunduk kepada alam
|
Selaras dengan alam
|
Menguasai alam
|
Hubungan Manusia Dengan Sesamanya
|
Vertikal
|
Horizontal/ kolekial
|
Individual/mandiri
|
Dimodifikasi dari Pelly (1994:104)
Meskipun cara mengkonsepsikan lima masalah pokok dalam kehidupan manusia yang universal itu sebagaimana yang tersebut diatas berbeda - beda untuk tiap masyarakat dan kebudayaan, namun dalam tiap lingkungan masyarakat dan kebudayaan tersebut lima hal tersebut di atas selalu ada. Sementara itu Koentjaraningrat telah menerapkan kerangka Kluckhohn di atas untuk menganalisis masalah nilai budaya bangsa Indonesia, dan menunjukkan titik - titik kelemahan dari kebudayaan Indonesia yang menghambat pembangunan nasional. Kelemahan utama antara lain mentalitas meremehkan mutu, mentalitas suka menerabas, sifat tidak percaya kepada diri sendiri, sifat tidak berdisiplin murni, mentalitas suka mengabaikan tanggungjawab. Kerangka Kluckhohn itu juga telah dipergunakan dalam penelitian dengan kuesioner untuk mengetahui secara objektif cara berfikir dan bertindak suku - suku di Indonesia umumnya yang menguntungkan dan merugikan pembangunan. Selain itu juga, penelitian variasi orientasi nilai budaya tersebut dimaksudkan disamping untuk mendapatkan gambaran sistem nilai budaya kelompok - kelompok etnik di Indonesia, tetapi juga untuk menelusuri sejauhmana kelompok masyarakat itu memiliki system orientasi nilai budaya yang sesuai dan menopang pelaksanaan pembangunan nasional.
3.7 Perubahan
Kebudayaan
Pengertian
perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian diantara unsur - unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga
tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contoh :
Masuknya
mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian
tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller”
di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi
kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan - aturan organisasi sosial. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus - menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor - faktor yang mendorong dan
menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
a) Mendorong perubahan kebudayaan :
·
Adanya unsur - unsur kebudayaan yang memiliki potensi
mudah berubah,
terutama unsur - unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
terutama unsur - unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
· Adanya individu - individu yang mudah menerima unsur-unsur
perubahan kebudayaan,
terutama generasi muda.
terutama generasi muda.
·
Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah
berubah.
b)
Menghambat perubahan kebudayaan :
·
Adanya unsur - unsur kebudayaan yang memiliki potensi
sukar berubah seperti: adat istiadat
dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
·
Adanya individu - individu yang sukar menerima unsur - unsur
perubahan terutama
generasi tu yang kolot.
generasi tu yang kolot.
Ada juga faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
a) Faktor intern :
·
Perubahan Demografis: Perubahan demografis disuatu daerah
biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan
diberbagai sektor kehidupan, contoh: bidang perekonomian, pertambahan penduduk
akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
·
Konflik sosial: Konflik social dapat mempengaruhi
terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. contoh: konflik
kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah
transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat
dalam program pembangunan bersama - sama para transmigran.
·
Bencana alam: Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat
mempngaruhi perubahan contoh: bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi
masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka
harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga
terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
·
Perubahan lingkungan alam: Perubahan lingkungan ada
beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta,
rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan.
Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena
kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
b)
Faktor ekstern :
·
Perdagangan : Indonesia terletak pada jalur perdagangan
Asia Timur dengan India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya
Indonesia sebagai persinggahan pedagang - pedagang besar selain berdagang
mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga
terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
· Penyebaran agama: Masuknya unsur - unsur agama Hindhu
dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam
ke Indonesia demikian pula masuknya unsur - unsur budaya barat melalui proses
penyebaran agama Kristen dan Kolonialisme.
· Peperangan: Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya
menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut
ikut masuk pula unsur - unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
3.8 Kaitan
Manusia & Kebudayaan
·
Hubungan
manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan merupakan dua
hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia ini memegang
peranan yang unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial
manusia merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu
memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi).
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi),
Makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya
dan lain sebagainya.
·
Contoh
hubungan manusia dan kebudayaan
Secara sederhana hubungan antara
manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan
kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana
itu hubungan keduanya ? Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan
dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi
keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka
kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dengannya.
Tampak bahwa keduanya akhirya merupakan satu kesatuan. Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan
peraturan -
peraturan kemasyarakatan.
Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi
maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang
dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak
dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan
dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan
jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya. Apabila
manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi
terasing atau ter-eliminasi (Berger, dalam terjemahan
M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv) Manusia dan kebudayaan, atau manusia
dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu
sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang
lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya
harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan
dapat dilakukan dengan lebih cermat.
·
Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari
dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik.
Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling
bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari
fenomena dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis
dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut.
Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian
dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan
dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku
lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf
yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih
dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben. Bentuk
triadik dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari
pemikir - pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian
akan numena dan fenomena menimbulkan oposisi yang tidak
terselesaikan. Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap
memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan
oleh Kant. Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte.
Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia
itu diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan cara sebagai berikut:
”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang
menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian sintesisnya adalah
keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran keduanya itu
dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku
yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat dibagi-bagi”. Dalam
sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian
sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi
(seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata
Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat,
menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang
lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi,
dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang
saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur positif dan negatif.
Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar. Sebaliknya, antitesis
memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam sintesislah kedua unsur yang
dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi sebuah kesatuan yang lebih
tinggi. Dialektika juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk
memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang saling bertentangan (tesis
versus antitesis). Dengan term aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep
”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi”
(sintesis). Di dalam konsep ”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan ”tidak
ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada” dinyatakan batal atau ditiadakan. Dialektika
menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri.
Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide
bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi
sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni
tesis, antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah
menjadi lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat
yang lebih tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian
menjadi tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak
yang dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala - gejala.
Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel. Bagi
Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita
merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu
sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di
dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan
hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam
sintesis. Kenyataan menjadi dua unsur bertentangan namun muncul
serentak. Hal ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang bekerja berdasakan
skema-skema yang ada dalam menangani hal-hal yang khusus. Vernunft-lah
yang dapat memahami hal ini. Vernunft melihat realitas dalam
totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang bertentangan.
Identifikasi sebagai realitas total menjadi cara kerja Vernunft yang
mengikuti prinsip dialektika. Secara umum dapat kita lihat bahwa
dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama,
sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua, dialektika ini
bersifat ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap benda dan
benduk dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika Hegel
memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel
sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh
(Spirit, Geist). Terdapat tiga elemen esensial akan dialektika Hegel.
Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan oleh dirinya sendiri.
Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus akan kontradiksi.
Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di dalam kesatuan.
Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
·
3 tahap
proses dialektis
Proses
dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
a)
Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia
mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini
masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
b)
Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi
realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan
berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata
sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
c)
Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap
kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya
sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan
yang dibentuk oleh masyarakat.
4.
KONSEP ILMU BUDAYA DASAR DALAM
KESUSASTRAAN
4.1 Pendekatan Kesusastraan
Ilmu Budaya Dasar, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari
bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus,
yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities
orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the
humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo
humanus.
Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu,
yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang
dimasukkan kedalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang - kadang
disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umunmya the humanities mencakup
filsafat, teologi, seni dan cabang - cabangnya tennasuk sastra, sejarah,
cerita rakyat, clan. sebaginya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia
dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu - ilmu
kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.
Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif,
seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang
disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.
Hampir disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih
penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu,
bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pemyataan kegiatan
manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian
melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk
memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan
bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian
melahirkan ilmu - ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian,
manusia dan bahasa pada haketnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah
sastra untuk berkomunikasi. Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada
hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat,
yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian,
kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak
inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai
pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya.
Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan
dia mampu menangkap hal yang lepas dart pengamatan orang lain.
IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu
semester, sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli - ahli dalam salah satu bidang keahlian yang tennasuk didalam
pengetahuan budaya ( The Humanities ), Akan tetapi IBD semata - mata
sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara
memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai - nilai
budaya. Pada waktu menggunakan karya sastra, misalnya. Mahasiswa tidak perlu
mengetahui sejarah sastra, teori sastra, kritik sastra, dan sebaginya. Memang
seperti cabang - cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar
sastra tidak diajatkan sebagai salah satu disiplin ilmu. Sastra disini
digunakan sebagai alat untuk membahas masalah - masalah kemanusiaan yang dapat
membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, musik,
seni rupa, dan sebagainya. Orientasi the Humanities adalah ilmu : dengan mempelajari
satu atau sebagian dart disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities,
mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.
4.2 Ilmu Budaya Dasar yang Dihubungkan
Dengan Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi
karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya
yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa itu sendiri berasal dari
bahasa Latin “prosa” yang artinya “terus terang”. Jenis tulisan prosa biasanya
digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karena itu, prosa dapat
digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta
berbagai jenis media lainnya. Prosa juga dibagi dalam dua bagian, yaitu prosa
lama dan prosa baru, prosa lama adalah prosa bahasa indonesia yang belum
terpengaruhi budaya barat, dan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa
aturan apa pun. Prosa terbagi atas dua jenis, yaitu prosa lama dan prosa baru.
Lima Komponen Dalam Prosa Lama :
·
Dongeng-dongeng
·
Hikayat
·
Sejarah
·
Epos
·
Cerita pelipur lara
Lima Komponen Dalam Prosa Baru :
·
Cerita pendek
·
Roman/ novel
·
Biografi
·
Kisah
·
Otobiografi
4.3 Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau
karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan
atau cerita. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain
:
·
Prosa fiksi memberikan kesenangan : Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dan membaca fiksi
adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri
peristiwa itu peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat
mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang
belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca
juga dapat mengenal tokoh - tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin
rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.
·
Prosa fiksi memberikan informasi : Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi.
Dalam novel sexing kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik
tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang
akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.
· Prosa fiksi memberikan warisan
kultural : Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana
bagi pemindahan yang tak henti - hentinya dari warisan budaya bangsa.
·
Prosa memberikan keseimbangan
wawasan :
Lewat prosa fiksi seseorang dapat
menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu.
Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih
respon - respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat
berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.
4.4 IBD yang di hubungkan dengan puisi
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιÎω/ποιῶ (poiéo/poió) = I
create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya
untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah bentuk karangan yang
tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa
yang padat.
Kreativitas
Penyair Dalam Membangun Puisinya, yaitu :
· Figura bahasa ( figurative language
) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan,
alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.
· Kata - kata yang ambiquitas yaitu kata - kata
yang bermakna ganda, banyak tafsir.
· Kata - kata berjiwa yaitu kata - kata
yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan
pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
· Kata - kata yang konotatif yaitu kata - kata
yang sudah diberi tambahan nilai - nilai rasa dan asosiasi - asosiasi
tertentu.
· Pengulangan, yang berfungsi untuk
mengintensifkan hal - hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati Adapun
alasan - alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu
Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
·
Hubungan puisi dengan pengalaman
hidup manusia.
·
Puisi dan keinsyafan/kesadaran
individual.
·
Puisi dan keinsyafan sosial.
5.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kedinamisan merupakan salah satu ciri kehidupan masyarakat
manusia. Kehidupan masyarakat manusia yang dinamis ditandai dengan perubahan - perubahan
sosial dan budaya yang secara jelas dapat terlihat melalui berbagai benda hasil
budaya dan aktivitas - aktivitas kehidupannya. Sebagai manusia yang menjalani
kehidupan di dunia beserta problematika yang ada. Apabila kita menginginkan
kehidupan kita berjalan baik dan lancar maka pengelolaan kita terhadap pola
pikir akal, jasmani dan rohani kita harus berjalan dengan benar, seimbang
dan sesuai. Begitu juga dengan kepekaan kita terhadap masyarakat dan lingkungan
yang berada di sekitar kita. Semuanya harus dijalankan secara seimbang karena
kita adalah makhluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungan sosial
dan apabila ada salah satu saja yang tidak seimbang dalam pemenuhannya maka
akan berdampak pula pada kehidupan sehari - hari kita.
DAFTAR
PUSTAKA
[ 1 ] URL: https://putrasinambela.wordpress.com/2013/10/01/pengertian-tujuan-isd-ruamg-lingkup-isd-persamaan-isd-dan-ips/
[ 2 ] URL:
http://adityo93.blogspot.com/2012/06/kaitan-manusia-dan-kebudayaan.html
[ 3 ] URL:
http://alvianrachman.blogspot.com/2012/10/pendekatan-kesusastraan-ibd-yangsemula.html
[ 4 ] URL:
http://beniazhari.blogspot.com/2010/12/pengertian-perubahan-kebudayaan-adalah.html
[ 5 ] URL: https://irwanzulkifli.wordpress.com/2013/11/19/orientasi-nilai-budaya/
[ 6 ] URL: http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
[ 7 ] URL: http://panjiapriyantooo.blogspot.com/2012/03/kebudayaan-timur.html
[ 8 ] URL: http://filsafat.kompasiana.com/2014/03/09/hakikat-manusia-638185.html
[ 9 ] URL: https://chesster028.wordpress.com/2013/03/14/unsur-unsur-yang-membangun-manusia/
[ 10 ] URL: https://ginadamar.wordpress.com/2012/10/02/tugas-mata-kuliah-ilmu-sosial-dasar-isd/
[ 11 ] URL: https://alvinmod.wordpress.com/2014/10/31/pengertian-tujuan-perbedaan-dan-persamaan-isd-dan-ips/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar