Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jakarta Selatan dan Luar Negeri, Fayakhun Andriadi mengatakan, ruwetnya pembenahan ibukota Jakarta, termasuk kesemrawutan akibat kemacetan lalu lintas dan problematika banjir, disebabkan pertautan dua mentalitas yang tidak benar.
"Pertama adalah mentalitas manipulatif para pejabat dan kedua mentalitas tidak disiplinnya masyarakat," katanya, di Jakarta, Rabu.
Di sisi pejabat, menurutnya, anggaran-anggaran yang diajukan untuk pembenahan ibukota lebih dilihat sebagai ajang memperkaya diri sendiri, bukan pada menyelesaikan persoalan sebenarnya.
Sementara di sisi masyarakat, lanjutnya, kesadaran untuk mematuhi aturan sangatlah rendah.
"Alih-alih patuh, kebanyakan malah merasa bangga karena mampu melanggar peraturan. Adagium mereka: peraturan dibuat untuk dilanggar," ujarnya.
Contoh sederhana, demikian Fayakhun Andriadi, lihat saja perilaku pengendara (motor dan mobil) di jalan raya, betapa tidak disiplin, tak taat aturan, dan kurang menghargai satu sama lain.
Legislator yang tengah menuntaskan studi doktor-nya di Universitas Indonesia (UI) ini melihat sikap dan tindak para pejabat maupun umumnya warga sepertinya meneruskan tabiat atau perilaku ketika masih di sekolah.
"Seperti saat ujian di sekolah, kalau tidak ada pengawas ujian, maka semua hal boleh dilakukan. Hal itu juga berlaku di jalan raya," ungkapnya.
Sementara itu, kota Jakarta bakal masuk dalam radar jutawan dunia sebagai kota pilihan untuk tinggal. Survei perusahaan konsultan properti global, Frank Knight, memperkirakan posisi Jakarta naik signifikan dari peringkat ke-48 menjadi 28 sebagai kota pilihan tinggal bagi orang kaya dunia dalam 10 tahun mendatang.
"Penilaian itu berdasarkan survei pemilihan top 40 kota besar dunia," kata Country Head of Knight Frank Indonesia, Willson Karlip, dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (13/4/2011).
Menurut Willson, prospek Jakarta terbilang baik karena kota ini telah menerima kepercayaan dari para orang-orang kaya di seluruh dunia. Apalagi, Jakarta saat ini menempati peringkat ke-17 sebagai kota pilihan investasi dan bisnis.
Namun, Willson mencatat ada tujuh persyaratan yang perlu dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan kota pilihan orang kaya dunia itu. Ketujuh persyaratan itu adalah menjaga kestabilan politik dan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Selain itu, mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan menjamin kepatuhan hukum.
Persyaratan lain adalah peningkatan iklim investasi beserta peraturan yang menunjang, penanganan masalah banjir dan transportasi, perbaikan serta peningkatan infrastruktur kota.
Dua syarat lainnya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Jakarta serta adanya kepastian hukum kepemilikan properti oleh orang asing.
Selain syarat-syarat tersebut, kondisi sektor properti Jakarta yang sedang bergairah selama ini juga menjadi salah satu instrumen penting dalam memperlancar terwujudnya Jakarta sebagai kota besar dunia.
Terpilihnya Jakarta sebagai kota pilihan para orang-orang kaya di dunia juga berimbas pada peringkat Jakarta sebagai kota pilihan investasi dan bisnis.
sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=7951228
Jakarta, Aktual.com — Permasalahan Ibukota Jakarta seperti kemacetan, kesemrautan, dan rendahnya kesadaran tertib lalu lintas masyarakat yang menyebabkan terjadinya kecelakaan merupakan pemadangan yang kerap terjadi. Tak hanya itu kondisi angkutan umum pun masih jauh dari harapan.
BalasHapusKetua Presidium Indonesia Traffic Watch (ITW), Edison Siahaan mengatakan bahwa dengan kondisi dan keadaan tersebut namun pemerintah terkesan melakukan pembiaran.
“Anehnya, meskipun kemacetan lalu lintas sudah sangat serius, karena sudah menghambat aktivitas dan kreatifitas masyarakat, namun pemerintah sepertinya menjadikannya hal yang biasa,” katanya, Sabtu (8/8).
Lalu Lintas Jakarta ‘Semrawut’, ITW: Kinerja Pemprov DKI Tidak Maksimal